Etapi Wulan sudah terlanjur sakit
hati walaupun dibujuk ibunya untuk tetap masuk, tapi ia nggak mau lagi TPA.
Baca sebelumnya : Jangan Bedakan Murid Hanya Karena Kasta Part 1
Sumber : Pixabay |
Keras kepala yang dilakukan Wulan itu
tidak hanya terjadi karena nggak mau mengaji lagi, tapi hal lain pernah membuat
Wulan enggan untuk menjadi ketua grup gerak jalan yang pernah dipimpinnya
karena dia salah ketika mengucapkan
aba-aba ketika latihan gerak jalan. Padahal, dia tahu pasti jika arah yang
diucapkan itu benar. Jadinya, ketika esok hari dia diminta untuk memimpin grup
gerak jalan, dia enggan untuk memimpin.
Padahal, ibunya sudah menasehati
dengan baik kepada Wulan, etapi dia tetap bersikeras untuk memegang teguh jika
sekali nggak mau, yaudah nggak mau. Dipaksa seperti apapun dia tetap nggak,
juga akan nggak.
Bahkan ibu tadi sudah menuruti
keinginan Wulan ketika dia ingin punya lemari es di rumah. Dengan dibela-belain
kredit ke saudara, tidak membuat pendirian Wulan lantas luluh gitu aja. dia
tetap. Iya tetap nggak mau ngaji.
“Dia itu beda daripada
kakak-kakaknya, mbak. Dia punya kelebihan lain yang nggak dimiliki kedua
kakaknya. Karena itulah, meski dia nggak mau ngaji pun, saya akan tetap
mengawasi, menegur, serta menjaganya kalau memang dia berbuat hal yang nggak
baik. Selain itu saya juga memantau setiap kali waktu yang seharusnya dia
gunakan untuk ngaji di TPA, dia tetap menyimak dari suara speaker yang dia
dengar dari TPq dekat rumahnya. Itulah kenapa saya tidak berani untuk menegurnya
secara keras. Saya takut hal itu berdampak kurang baik sama Wulan. Awalnya
memang saya sudah berusaha
menutup-nutupi hal-hal yang mungkin dilakukan gurunya kepada Wulan
terkait hukuman itu. Tapi hal itu seakan sia-sia.” Begitulah kira-kira bahasa yang
disampaikan ibu Wulan saat itu.
Yang membuat aku sedikit kaget itu,
ternyata Wulan mempunyai kelebihan lain. Selain lebih unggul dalam bidang
pelajaran atau materi umum, Wulan juga memiliki kelebihan melihat benda ghaib. Yah,
dia memiliki indra keenam. Dia bisa melihat benda-benda tak kasat mata. Awalnya
memang dia ketakutan, tapi lama kelamaan dia bisa menerima kelebihan indra yang
dimilikinya. Sewaktu dia masih kecil pun yang saat itu sedang asyik bermain di
sungai, Wulan pernah hampir tenggelam. Tapi, dia seakan-akan ada yang menolong
atau menangkis tubuhnya untuk tidak terseret arus sungai di dekat rumahnya.
Wulan juga sudah pernah diterapi
di orang yang pintar, tetapi tetap Wulan
masih bisa melihat hal-hal yang nggak bisa keluarganya lihat. Malah menurut
orang pintar tersebut, mereka hanya ingin berteman dengan Wulan saja. Bahkan
terkait kekeras kepala dari Wulan Sendiri, orang itu juga mengatakan kalan
ibunya untuk tidak memaksa, mengekang, maupun berbuat keras kepada Wulan. Hal
itu berakibat dengan mental Wulan nantinya.
Iya juga sih, aku setuju dengan
pendapat orang pintar itu. Tiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Meski aku belum punya anak, ehh. Nikah belum juga ding.
Wkwkwkwk. Tapi aku Cuma belajar dari cerita-cerita mbak-mbak blogger yang
sering curhat dalam mengasuh putra-putrinya. Hehehe…
Sosok Wulan di sini yang aku kenal,
dia memang terlihat pendiam, dia gadis kecil yang periang bersama
teman-temannya. Selain itu dia juga merupakan gadis kecil yang tekun dalam
belajar ataupun sekolah. Dengan kakaknya pun aku juga kenal baik dengan
mereka.
Dari cerita di atas, aku hanya sedih
aja. Kenapa ada guru yang lebih mementingkan mereka yang punya duniawi lebih
ketimbang menegakkan keadilan. Emang keadilan di dunia ini nggak ada yang
jujur, nggak ada kebenarannya. Karena kebenaran semata-mata hanya milik-Nya.
Ceileh. Hehehe
Aku juga nggak sepenuhnya suudzon
gitu aja ke guru tersebut. Walaupun nyatanya demikian, aku hanya khusnudzon
aja, semoga beliau bisa bersikap lebih bijaksana lagi terhadap murid-muridnya.
Bagaimana pun juga, beliau juga nantinya yang akan menjadi teladan bagi
murid-muridnya. Bukan karena kasta yang membedakan perlakuan antara si miskin
dan si kaya. Bukan karena si kaya mampu memberi biaya lebih, lalu kemudian guru
bertindak seenaknya saja dalam menegakkan keadilan di kelasnya. Naudzubillahh
saja ya man teman.
Semoga cerita yang real ini bisa
menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan membedakan murid satu dengan yang
lain. Apalagi karena kasta. Jangan paksa anak untuk menjadi sesuatu yang
orangtua inginkan. Kadang kala mereka jauh lebih memiliki prestasi atau
kelebihan lainnya. Semoga bermanfaat, dan pastinya, feel free buat
komentarnya ya gaes… ^_^
Baca Sebelumnya :
Jangan sampai ada pembedaan karena semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak. terpujilah guru yang menjunjung hak asasi manusia ini
BalasHapussepakat banget dgn mu dik :D
BalasHapusTenaga pendidik adalah pemisah gelap dengan terang. Bukan pemisah murid.
BalasHapuswah dek wulan kudu segera diperiksakan mbak biar jinnya segera insyaff bahaya kalo sampe ndak minat ngaji... se,moga dek wulan dpt hidayah aamiin dan para guru makin tegak berkeadilan eaaaa
BalasHapusGuru seharusnya bersikap adil & bijaksana kepada semua muridnya. Antara sedih & marah kalau ada guru yang membeda2kan muridnya karena kasta.
BalasHapusBetul, orangtua jangan pernah memaksakan kehendaknya pada anak. Karena setiap anak itu unik. Mereka punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
BalasHapusKasian juga sama Wulan, jadi gak mau ngaji. Padahal itu bagus untuk asupan jiwanya.
asyik nih bisa komen di blog ke dua bisa follow lagi....
BalasHapusmbaaakkk, makasih sdh mengingatkan ya mbk, smoga terhindar deh dari sikap beda2in kasta bgini, aplagi punya sifat matrealitis, naudzubillah,
BalasHapusFenomena seperti itu sekarang lagi banyak terjadi mbak ditempat saya padahalkan mereka juga sama dan bayarnya juga sama segitu tapi kalau saya lihat dari perlakuannya jauh berbeda dari mulai dalam kelas sampai berada diluar kelaspun jauh beda.
BalasHapusYa Allah.. smoga aku gak termasuk ortu yg membeda2kan anak ya.. inspiring story
BalasHapus