Bismillaahirrohmaanirrohim…
Minggu kemarin, ketika aku mengikuti
pengajian dalam rangka pertemuan muslimat cabang Balung di desaku, ada seorang ibu-ibu yang juga wali murid dari anak yang pernah aku didik tahun kemarin
di madrasah diniyah tempatku mengajar.
Ibu itu mengadukan, eh dia bercerita
tentang kondisi psikologis anaknya yang nggak mau lagi untuk mengaji di TPA
(Taman Pendidikan Al-Qur’an) tempatnya ngaji setiap jam 3 sore. Padahal sangat
disayangkan sekali karena anak tersebut yang memutuskan sendiri untuk nggak mau
ngaji lagi kepada ibunya. Sedangkan ibunya pun sudah membujuk untuk tetap
mengaji walaupun ada sedikit masalah pelik yang dialami anaknya. Pasalnya si
anak sudah memasuki pelajaran tahap akhir untuk diwisuda bulan Juli tahun
depan. Sangat disayangkan, bukan?
Kira-kira sabahat tau nggak, apa
alasan anak tersebut mogok untuk ngaji TPA?
Hal ini disebabkan karena si anak
bercerita ke ibu yang juga menceritakan keluhannya kepadaku tadi. Dia mengatakan
bahwa anaknya ketika datang terlambat masuk TPA, memang si anak yang anggap aja
namanya si Wulan *bukan nama asli. Nah, Wulan sadar jika dia ini memang
terlambat masuk ngajinya, sehingga dia menerima konsekuensi untuk berdiri
selama seperempat jam. Tapi, ketika ada temannya yang datang bernama Rio *bukan
nama asli, dia juga kebetulan datang terlambat melebihi waktu Wulan, malah
tidak berdiri, gurunya pun menyuruh Rio untuk duduk.
Dari situ aja pas ibunya Wulan
cerita, aku udah gemas aja nig gaes. Masak iya gurunya nggak adil banget dengan
hukuman satu anak dengan anak yang lainnya. Apa alasan atau dasar apa yang
dipakai pak guru tersebut pada Wulan? Padahal seharusnya setiap pelanggaran
yang dilakukan harusnya juga dibarengi sama sanksi, nggak mengenal atau
pilih-pilih murid. Seharusnya seperti itu. Tapi ini?
“Mungkin samean nggak kasi apa-apa
itu ke pak guru, buk. Jadinya Rio disuruh duduk, terus aku malah disuruh
berdiri”. Begitu lanjut ibu tadi menjelaskan perihal ucapan anaknya.
Menurut ibu tadi, Wulan mengatakan
“Apa memang kita itu orang yang nggak punya ya buk, jadi pak guru bebas
meloloskan Rio yang merupakan orang ber’punya’ dengan sanksi yang harusnya ia
terima.” Dari penuturan ibu tersebut saya melihat dengan jelas jika ibu tadi
sedikit mengucek mata yang jelas-jelas nggak kemasukan barang kecil sedikitpun.
Ibu tadi juga heran, kenapa Wulan bisa mengatakan hal seperti itu? Padahal
beliau nggak pernah mengajarkan Wulan tentang hal seperti itu. Dia merasa miris
sekali dnegan hal yang dialami anaknya tersebut.
Rio merupakan anak kaya yang berada.
Pada suatu sore, Wulan pernah melihat ibunya Rio menemui guru mengajinya.
Mungkin dari situ dia tahu bedanya Rio sama Wulan. Selain itu, Wulan merupakan
anak yang sangat disiplin. Walaupun dia salah, terlambat, dia akan terima
konsekuensi. Kalau ada yang keliru bacaan mengaji, dia lapang dada dan nerima
kesalahannya serta mengulang kembali bacaannya. Tapi, berbeda dengan
teman-teman yang juga sekelasnya mengaji.
Yah… hal itu klise memang, karena
sewaktu aku sekolah pun banyak juga teman-teman yang demikian. Tapi, dalam
keadaan kami udah pada gede. Tapi si Wulan ini masih duduk di bangku kelas 4
SD, dia sedikit banyak ada rasa “iri” dan “cemburu” pastinya sama teman yang
tidak diberi sanksi tegas.
Sumber : Pixabay |
Pernah suatu hari ketika ibunya
membujuk Wulan supaya mengaji lagi, dia malah mengatakan demikian. “Aku nggak
mau dapat hadiah piala seperti yang dulu kakak dapatkan. Aku hanya ingin ilmuku
bisa bermanfaat, bu,” itu ucap si anak yang jelas-jelas membuat ibu tadi takjub
sekaligus trenyuh.
Dia masih berumur sangat kecil, tapi
ucapannya sangat dewasa dalam berpikir. Mungkin itulah didikan yang diterapkan
oleh ibu tadi. Walaupun ibu tadi sedikit punya selera ngebanyol tingkat tinggi,
dia tetap akan ngasih nasehat-nasehat yang baik untuk anak-anaknya. Memang
kedua kakak dari Wulan yang juga sama-sama perempuan, mereka memiliki prestasi
dalam hal mengaji. Keduanya meraih juara 3 besar ketika wisuda. Etapi Wulan
sudah terlanjur sakit hati walaupun dibujuk ibunya untuk tetap masuk, tapi ia
nggak mau lagi TPA.
To be continue…..
Keep on my blog ya gals... see you next day ^_^
Feel Free to drop your comment on Jangan Bedakan Murid Hanya Karena Kasta part 1
jadi sedih lihat si wulan, kenapa coba harus dibeda bedakan segala -_-
BalasHapus